Apakah Setiap Manusia Memiliki Siklus Pertumbuhan yang Sama?
6 Februari 2025

Apakah Setiap Manusia Memiliki Siklus Pertumbuhan yang Sama?

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, memiliki siklus pertumbuhan yang mengikuti tahap perkembangan tertentu. Namun, apakah setiap manusia memiliki siklus pertumbuhan yang sama? Jawabannya adalah ya, manusia mengalami siklus pertumbuhan yang sama. Namun, besar pertumbuhan dan perkembangan tiap individu tidak selalu sama. Untuk lebih mengetahuinya, simaklah penjelasan di bawah ini!Siklus pertumbuhan manusia Sebagaimana dilansir dari Lumen Learning, setiap manusia melalui siklus pertumbuhan yang terdiri dari delapan tahap perkembangan sebagai berikut: Perkembangan prenatal Dimulai sejak konsepsi dan terbagi dalam tiga fase yaitu germinal, embrionik, dan janin. Faktor genetik dan lingkungan sangat memengaruhi perkembangan bayi di tahap ini.Masa bayi dan balita Tahun pertama kehidupan adalah periode perubahan cepat, di mana bayi berkembang dari yang hanya bisa merespons secara refleks menjadi balita yang berjalan dan berbicara. Anak usia dini Pada usia 2 hingga 6 tahun, anak mulai mengembangkan kemandirian, belajar bahasa, dan memahami dunia sekitar mereka.Masa kecil pertengahan Usia 6 hingga 11 tahun adalah masa pembelajaran di sekolah. Anak-anak mulai mengasah keterampilan akademik dan sosial, serta mengenali kemampuan mereka melalui perbandingan dengan teman sebaya. Remaja mengalami perubahan fisik pesat, mulai dari pubertas hingga pencarian identitas diri. Perubahan ini bisa berbeda-beda tergantung pada banyak faktor. Dewasa awal Di usia 20-an hingga 30-an, individu mencapai puncak fisik dan menghadapi keputusan besar dalam hidup, seperti memilih karier dan membangun keluarga. Dewasa pertengahan Usia 40 hingga 60-an adalah masa di mana banyak orang mencapai puncak karier, namun juga mulai merenung tentang tujuan hidup dan menghadapi perubahan fisik. Dewasa akhir Masa tua mencakup rentang usia yang luas, dari yang masih aktif dan sehat hingga yang mengalami tantangan kesehatan. Setiap orang menjalani fase ini dengan cara yang sangat berbeda. Manusia Dewasa dan Penjelasannya Faktor yang memengaruhi pertumbuhan manusia Setiap manusia melalui proses pertumbuhan yang unik, meski secara umum mengikuti tahapan yang sama. Proses pertumbuhan manusia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Berdasarkan penelitian dari Encyclopedia Britannica, pertumbuhan tubuh manusia mirip dengan menenun kain yang tidak memiliki pola yang sama. Setiap bagian tubuh berkembang dengan kecepatan yang berbeda, dan faktor genetik berperan penting dalam menentukan pertumbuhan, terutama pada masa remaja.   

Seluruh Masyarakat RI Bisa Skrining Kesehatan Mental Gratis
3 Februari 2025

Seluruh Masyarakat RI Bisa Skrining Kesehatan Mental Gratis

Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, seluruh masyarakat Indonesia akan bisa mengakses skrining kesehatan mental secara gratis, yang direncanakan akan berjalan mulai Februari ini. “Ini adalah program terbesar dari Kemenkes, dan juga mungkin salah satu dari pemerintah, karena cakupannya sampai 280 juta (orang). Akan dibicarakan waktu tepatnya, tapi rencananya memang Februari,” kata dia saat ditemui di Jakarta, Minggu (2/2/2025), seperti ditulis Antara. Data survei rumah tangga berskala nasional yang dilakukan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja (34,9 persen) atau setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.Kemudian, 1 dari 20 remaja (5,5 persen) atau setara dengan 2,45 juta remaja Indonesia memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan yang menyediakan dukungan atau konseling untuk masalah emosi dan perilaku dalam 12 bulan terakhir. Menkes mengungkapkan, pemerintah telah menyiapkan 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik yang tersebar di seluruh Indonesia untuk membantu memfasilitasi pemeriksaan awal kesehatan mental secara gratis tersebut.Program ini diproyeksi menjadi program pemerintah terbesar yang belum pernah dilakukan sebelumnya, melebihi program vaksinasi Covid-19 gratis beberapa waktu lalu yang cakupannya mencapai sekitar 200 juta jiwa. Pemerintah saat ini tengah menyoroti kasus kesehatan mental yang semakin marak di Tanah Air, terutama pada anak-anak dan remaja. “Data tahun 2023, 1 dari 10 rakyat Indonesia itu punya masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa, dan isunya adalah ini skriningnya tidak pernah dilakukan, jadi mereka sendiri tidak tahu kalau dia punya masalah kesehatan mental. Itu sebabnya program cek kesehatan mental gratis akan kita lakukan bagi seluruh masyarakat terutama anak-anak,” ujar Budi.Menkes menyebut saat ini pihaknya sedang mendiskusikan tanggal resmi dibukanya skrining tersebut dengan Presiden dan juga tiap kepala daerah. “Saya mau menghadap Bapak Presiden dulu, sudah dapet jadwal minggu depan untuk diskusi kapan. Karena ini kan dilakukan di seluruh Indonesia serentak harus koordinasi sama kepala daerah,” tambahnya.

Kanker Paru Tak Hanya Ancam Perokok,
21 Januari 2025

Kanker Paru Tak Hanya Ancam Perokok,

Anggapan bahwa kanker paru hanya menyerang kalangan perokok ternyata mitos belaka. Meski kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko utama kanker paru-paru, tidak menutup kemungkinan kanker paru-paru juga menyerang mereka yang tidak memiliki riwayat merokok. Studi berjudul “Proportion of Never Smokers Among Men and Women With Lung Cancer in 7 US States” yang dipublikasikan JAMA Oncology pada 2021, menemukan bahwa 12 dari 100 orang yang didiagnosis menderita kanker paru-paru tidak pernah memiliki riwayat merokok. Studi tersebut pun mengungkapkan sejumlah penemuan menarik. Kasus kanker paru-paru pada individu yang tidak pernah merokok lebih umum ditemukan pada perempuan, yakni 16 persen dari total kasus. Kemudian, persentase kasus kanker paru-paru pada perempuan berusia 20-49 tahun yang tidak merokok cenderung lebih tinggi (28 persen), jika dibandingkan laki-laki pada rentang usia sama (19 persen).Fenomena tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari paparan asap rokok, paparan polusi udara yang intens, hingga faktor genetik. Pada Kamis (14/11/2024), tim Kompas.com berkesempatan mewawancarai Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Center dr Ang Peng Tiam mengenai risiko kanker paru-paru bagi kalangan yang tidak memiliki riwayat merokok. Berikut adalah wawancara lengkapnya. Benarkan kanker paru bisa menyerang kelompok bukan perokok? Apakah penyebabnya, apa lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab kanker paru-paru? Ya, meskipun resikonya lebih tinggi pada kelompok perokok, kelompok bukan perokok juga rentan terkena kanker paru-paru. Kasusnya lebih banyak ditemukan di kalangan wanita Asia yang tidak merokok.  Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru. Faktor lain, seperti asap rokok juga menjadi penyebab sejumlah besar kasus kanker paru-paru. Untuk itu, kita harus sadar akan bahayanya dan mengurangi paparan asap rokok.  Namun, ada faktor risiko lain yang juga berperan, yakni paparan polusi udara dan racun lingkungan. Apabila seseorang sering terkena polusi udara, seperti asap knalpot dan asap proyek, apakah berpotensi terkena kanker paru-paru? Seseorang yang banyak terpapar atau sering terkena polusi udara, seperti asap knalpot dan asap proyek, memiliki peningkatan risiko terkena kanker paru-paru.  Risiko akan semakin meningkat dan lebih berbahaya bagi individu yang merokok serta di lingkungan sekitarnya terdapat banyak asap polusi. Gejala dan diagnosis kanker paru-paru Secara umum, bagaimana gejala kanker paru-paru? Jika mengalami gejala seperti yang disebutkan, kapan seseorang perlu waspada dan memeriksakan diri? Secara umum, gejala kanker paru-paru pada perokok ataupun bukan perokok berupa keluhan seperti, batuk terus-menerus, sesak nafas, dan sakit di bagian dada.  Meski begitu, pada stadium awal kanker paru-paru, bisa jadi seseorang tidak merasakan gejala atau keluhan. Penyakit ini biasanya baru terdeteksi ketika pasien melakukan rontgen atau CT scan paru-paru untuk tujuan skrining.  Sering kali, ketika seseorang mulai menyadari dirinya mengalami sejumlah gejala kanker paru-paru, kanker yang dideritanya umumnya sudah masuk stadium lanjut.  Oleh karena itu, jika mengalami keluhan atau gejala seperti yang disebutkan secara berkepanjangan, bahkan tidak kunjung membaik selama kurang lebih 2 minggu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Apakah kanker paru-paru bisa didiagnosis lebih awal? Perlukah dilakukan skrining pada kelompok berisiko tinggi? Sebenarnya, kanker paru-paru bisa dideteksi lebih awal, meskipun seseorang tidak mengalami gejala. Hal ini bisa dilakukan lewat skrining dengan melakukan rontgen atau CT scan paru-paru. Untuk skrining kanker paru-paru bisa dilakukan dengan metode Low-dose CT scan thorax. Biasanya metode ini direkomendasikan untuk perokok berat dan dilakukan mulai dari satu kali per tahun. Metode CT scan itu cukup berbeda dengan CT scan umumnya karena dosis radiasinya lebih ringan dan dapat mengurangi paparan radiasinya. Walaupun dosisnya lebih rendah, CT scan ini masih bisa untuk mendeteksi kanker paru-paru secara dini.  Dengan mendeteksi lebih dini, maka seseorang yang didiagnosis memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mencapai kesembuhan.Pengobatan untuk kanker paru-paru dan pencegahan Jika diagnosis pasien sudah tegak, langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya? Adakah pendekatan pengobatan atau terapi khusus untuk pasien kanker paru-paru? Pengobatan kanker paru-paru sangat tergantung dan disesuaikan berdasarkan diagnosis dan stadium pasien. Contohnya, apabila seseorang masih pada stadium awal dan kankernya belum menyebar, pengobatan utama dilakukan melalui operasi. Namun, kembali lagi kepada hasil diagnosis.  Jenis pengobatan, seperti kemoterapi dan imunoterapi, juga bisa diberikan sebelum pasien menjalani operasi.  Akan tetapi, jika sudah stadium lanjut dan kanker paru sudah menyebar, tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan lagi. Terapi utama yang dilakukan adalah mengonsumsi obat, baik secara oral maupun melalui suntikan.Bagaimana cara melindungi diri dari risiko kanker paru-paru, terutama bagi perempuan non-perokok yang tinggal dengan perokok? Apakah ada pola hidup tertentu yang dapat dijalankan untuk mengurangi resikonya? Sayangnya, tidak ada cara yang bisa sepenuhnya mencegah risiko kanker paru-paru. Pada perokok pasif yang terkena kerap paparan asap rokok, penggunaan masker memang membantu menyaring asap yang dihirup.  Namun, perlindungan dari masker tersebut juga terbatas dan tidak bisa sepenuhnya mencegah terjadinya kanker paru-paru.Dari segi pola hidup atau pola makan pun tidak ada yang bisa membantu secara spesifik mengurangi risiko kanker paru-paru.  Sampai saat ini, riset masih belum bisa menemukan diet khusus yang bisa membantu mengurangi risiko kanker paru-paru. Contohnya, konsumsi vitamin atau mineral tertentu masih belum terbukti dapat mengurangi risiko kanker paru-paru.  Hal yang bisa membantu adalah setiap orang sebaiknya tidak merokok ataupun menggunakan vape. Dokter Ang berpesan bahwa batuk merupakan salah satu gejala yang harus diwaspadai karena bisa menjadi tanda adanya kerusakan paru-paru.  Jadi, segera berhenti merokok dan lakukan skrining yang dibutuhkan.   

«»

Ikuti update berita terbaru kami di sosial media

Punya pertanyaan?

Hubungi Kami
donate

Kirim donasi untuk mereka yang membutuhkan

Donasi sekarang